LEBAK BANTEN, Kompas88News.com – Di tengah ruang sejarah yang menyimpan jejak perjuangan rakyat kecil, Museum Multatuli Kabupaten Lebak menjadi saksi berlangsungnya Forum Group Discussion (FGD) bertema “Mencari Pahlawan Sejati”. Rabu (05/11/2025).
Forum ini menghadirkan dua narasumber penting : Bonnie Triyana sejarawan sekaligus kurator Museum Multatuli, dan Usman Hamid aktivis hak asasi manusia serta Direktur Amnesty International Indonesia. Keduanya membuka ruang refleksi kritis atas isu nasional yang tengah ramai-rencana penobatan Soeharto sebagai Pahlawan Nasional.
Dalam forum Bonnie Triyana menegaskan bahwa,, Upaya menobatkan Soeharto sebagai pahlawan nasional merupakan bentuk pembelokan sejarah dan pengkhianatan terhadap nilai-nilai kemanusiaan, tegasnya.
“Kita tidak bisa memisahkan pembangunan ekonomi dari kekerasan politik yang menopangnya. Soeharto bukan simbol kepahlawanan, tetapi simbol kekuasaan yang menindas. Museum Multatuli berdiri untuk melawan lupa dan ketidakadilan sejarah”, ujarnya tegas.
Sementara Usman Hamid menyoroti catatan kelam kekuasaan Soeharto. Ia menekankan bahwa Soeharto memiliki peranan langsung dalam *kekerasan negara yang sistematis terhadap rakyatnya, pembredelan media massa, pelanggaran HAM berat, serta praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) yang terstruktur.
“Tanpa mempertimbangkan semua masalah tersebut, mengusulkan Soeharto sebagai pahlawan nasional hanyalah upaya menghapus dosa-dosa Soeharto dan memutarbalikkan sejarah, ucap Usman Hamid.
Forum ini juga dihadiri oleh Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Lebak beserta kader-kadernya yang turut aktif mengajukan pandangan kritis.
Bung Agoy salah satu kader GMNI Lebak, melontarkan pertanyaan tajam kepada narasumber :
“Apakah bangsa kita ini sudah sebegitu kehilangan kompas moral kesadaran terhadap sejarahnya, sehingga berani menobatkan seorang rezimator sebagai pahlawan nasional”? tanyanya.
Bung Agoy juga menegaskan bahwa, GMNI Lebak menolak keras rencana penobatan Soeharto sebagai Pahlawan Nasional, karena hal itu adalah bentuk penghianatan terhadap penderitaan rakyat dan para korban kekerasan negara di masa Orde Baru.
Diskusi berkembang menjadi refleksi bersama tentang arti kepahlawanan di tengah krisis moral bangsa. Para peserta menyepakati bahwa : “pahlawan sejati bukan mereka yang berkuasa dan menindas”, melainkan “mereka yang berjuang untuk keadilan, kemanusiaan, dan keberpihakan pada rakyat kecil”.
Menutup forum, seruan moral digaungkan bersama :
“Menolak lupa, menolak penindasan, dan menolak pengkhianatan terhadap sejarah bangsa”, tutupnya.
Reporter : (Riyan Mks)
Editor : Red







